Rahmatul Fithri Yanti - fkik - Institutional Repository UIN Syarif

Transkript

Rahmatul Fithri Yanti - fkik - Institutional Repository UIN Syarif
PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP
PERUBAHAN SKALA NYERI PADA PASIEN
DENGAN NYERI KEPALA DI KLINIK AFIAT
TAHUN 2011
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Rahmatul Fithri Yanti
NIM : 109103000019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 14 Agustus 2012
Rahmatul Fithri Yanti
ii
PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PERUBAHAN SKALA
NYERI PADA PASIEN DENGAN NYERI KEPALA DI KLINIK AFIAT
TAHUN 2011
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Rahmatul Fithri Yanti
NIM: 109103000019
Pembimbing 1
Pembimbing 2
dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed
Dr. dr. Syarif Hasan Lutfie, Sp.KFR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/2012 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP
PERUBAHAN SKALA NYERI PADA PASIEN DENGAN NYERI KEPALA
DI KLINIK AFIAT TAHUN 2011 yang diajukan oleh Rahmatul Fithri Yanti
(NIM: 109103000019), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan pada
Agustus 2012. Laporan penelitian ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada
Program Studi Pendidikan Dokter.
Jakarta, 14 Agustus 2012
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
Pembimbing 1
Pembimbing 2
dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed
dr. Fika Ekayanti,
M.Med.Ed
Dr. dr. Syarif Hasan Lutfie,
Sp.KFR
Penguji 1
Penguji 2
dr. Marina Indriani, Sp.KFR
Prof. Dr. H. M. Ridwan Lubis
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN SH Jakarta
Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta
Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And
iv
DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
hanya atas rahmat dan karunia-Nya akhirnya penelitian ini dapat terwujud
walaupun begitu banyak cobaan dan hambatan yang penulis hadapi. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa manusia menuju jalan lurus dan diridhoi Allah SWT.
Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian
ini yang berjudul “pengaruh terapi bekam terhadap perubahan skala nyeri pada
pasien dengan nyeri kepala di klinik afiat tahun 2011”, sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan laporan penelitian ini
banyak menemui hambatan baik yang datang dari faktor luar penulis maupun dari
dalam diri penulis. Mengatasi hambatan-hambatan tersebut, penulis banyak
mendapat dukungan, pengarahan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga telah memberikan
masukan untuk penelitian saya.
2. DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Kepala Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan yang juga merupakan dosen
pembimbing penelitian saya atas segala masukan dan motivasinya dalam proses
penelitian dan penyusunan laporan penelitian saya.
3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed sebagai dosen pembimbing penelitian saya, yang
telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
v
bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan penyusunan
laporan penelitian ini.
4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset Program
Studi Pendidikan Dokter 2009, Ibu Silvia Fitrina Nasution atas motivasinya
terhadap penyelesaian penelitian saya serta dr. Hendro Birowo Soekarno Sp.S dan
dr. Poppy Chandra Dewi, Sp.S, M.Sc atas masukannya terhadap penelitian saya.
5. dr. Mohammad Ali Toha Assegaf (Ahli herbal, Penemu metode smart healing,
pengkaji kedokteran nabi, direktur keuangan RSCM) selaku pemilik rumah sehat
afiat beserta seluruh staf dan terapis rumah sehat afiat
6. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga besar penulis, terutama
orang tua penulis Anang Kasrani, SH dan Dayani, SH yang telah memberikan
motivasi serta pengertian selama penulis melakukan penelitian ini. Serta sahabat
dan teman-teman beserta seluruh staf pengajar dari Program Studi Pendidikan
Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hiayatullah Jakarta.
Semoga dengan selesainya Laporan Penelitian ini dapat menambah
pengetahuan kita semua terutama mengenai terapi bekam yang merupakan salah
satu anjuran dari Nabi Muhammad SAW
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, 14 Agustus 2012
Penulis
vi
ABSTRAK
Rahmatul Fithri Yanti. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Terapi
Bekam Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien dengan Nyeri Kepala di
Klinik Afiat. 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terapi bekam
terhadap skala nyeri pasien. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan
skala nyeri pasien nyeri kepala sebelum dan sesudah dibekam. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik bivariat dan desain
penelitian eksperimental, serta teknik pengambilan sampel yakni consecutive
sampling. Pasien berjumlah 16 orang, laki-laki 5 orang (31.20%) dan perempun
11 orang (68.80%) yang berusia 28-57 tahun. Penelitian ini menggunakan uji
Paired Samples T-test. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rerata skala nyeri
pasien sebelum dibekam 4,5 + 1,265 dan turun menjadi 2,69 + 1,401 setelah
dibekam (p = 0,000). Penurunan skala nyeri ini signifikan secara statistik.
Kesimpulannya adalah terapi bekam berpengaruh terhadap perubahan skala nyeri
pasien.
Kata Kunci: Terapi Bekam, Skala Nyeri
ABSTRACT
Rahmatul Fithri Yanti. Medicine Study Programe. The Effect of Cupping Therapy
Against Pain Scale Changes in Patients with Cephalgia in Afiat Clinic. 2011.
The objective of this study were to know whether there is any effect of cupping
therapy on patient‟s pain scale. This study was held by comparing patient-withcephalgias‟s pain scale before and after cupping therapy. It used bivariate analytic
descriptive study with experimental research designs. The methode of sampling is
consecutive sampling. 16 patients were participated in this study, which are 5 men
(31.20%) and 11 Women (68.80%), aged 28-57 years. This study used Paired
Samples T-test. The result showed that the rate of patient‟s pain scale before
cupping therapy given was 4,5 + 1,265 and decrease to 2,69 + 1,401 after cupping
therapy given (p = 0.000). There was statistically significant decreased of
patient‟s pain scale after the cupping therapy given. The conclusion is cupping
therapy has effect on patient‟s pain scale.
Keywords: Cupping therapy, Pain Scale
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ........... viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ ... xi
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Hipotesis.................................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian…............................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1 Landasan Teori .......................................................................... ........... 4
2.1.1 Bekam .............................................................. ..................... 4
2.1.2 Nyeri Kepala...........................................................................7
2.1.3 Teori Endorfin-Enkefalin........................................................9
2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... .......... 10
2.3 Definisi Operasional........ ................................................................... 10
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 11
3.1 Desain Penelitian..................................................................................11
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 11
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 12
3.3.1 Jumlah Sampel...................................................................... 12
3.3.2 Kriteria Sampel ..................................................................... 12
3.3.2.1 Kriteria Inklusi ......................................................... 12
3.3.2.2 Kriteria Eksklusi ...................................................... 13
3.4 Cara Kerja Penelitian .......................................................................... 13
3.5 Managemen Data ................................................................................ 14
3.5.1 Pengolahan Data ........................................................................ 14
3.5.2 Analisa Data .............................................................................. 14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 16
4.1 Distribusi Sampel ................................................................................ 16
4.2 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan jenis kelamin.............18
4.3 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan pengalaman bekam....19
4.4 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum Bekam ...................... 20
4.5 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sesudah Bekam ..................... 20
4.6 Hasil Uji 2 kelompok berpasangan (T-Berpasangan) ......................... 20
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 23
5.1 Simpulan ............................................................................................. 23
5.2 Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
LAMPIRAN ......................................................................................................... 26
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6
Rincian Waktu Penelitian...............................................................11
Skor Skala Visual Analog..............................................................14
Distribusi Sampel...........................................................................16
Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin............................18
Rerata level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam.....................19
Hasil Uji Normalitas Kelompok Sebelum Bekam.........................20
Hasil Uji Normalitas Kelompok Sesudah Bekam..........................20
Hasil Uji T Berpasangan Hubungan antara Bekam dengan
Perubahan Level Nyeri...................................................................20
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Gambar 4.1.
Gambar 4.2.
Titik Ummu Mughits........................................................................7
Jaras Nyeri........................................................................................8
Pengeluaran ACTH........................................................................21
Pembentukan Proopiomelanokortin, Prekursor endorfin...............22
xi
DAFTAR SINGKATAN
OAINS = obat anti inflamasi non steroid
ACTH = Adrenocorticotropic Hormone
LDL = Low-density lipoprotein
POMC = proopiomelanokortin
CRH = Corticotropin-releasing hormone
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Kuisioner........................................................................................26
Data Hasil Uji Statistik...................................................................30
Riwayat Penulis..............................................................................33
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bekam merupakan salah satu jenis pengobatan yang dilakukan dengan
cara penghisapan kulit, penyayatan dan mengeluarkan darah dari permukaan kulit,
yang kemudian ditampung di dalam gelas1. Bekam merupakan pengobatan yang
dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana dalam hadits
“Dari Abi Raja’, dari Samurah r.a. berkata : bahwa Sesungguhnya
Rasulullah bersabda: Sebaik-baik pengobatan yang manusia lakukan adalah
dengan Hijamah. (Mu’jam Kabir – At Thabrani)”
Namun bekam tetap menjadi kontroversial terutama didalam ilmu kedokteran
modern karena dianggap tidak memiliki patofisiologi yang jelas dalam cara
kerjanya. Hal ini terjadi karena penelitian ilmiah terhadap bekam belum banyak
dilakukan.
Bekam dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, sebagai contoh
adalah penyakit pada organ dalam seperti maag dan asma, penyakit organ
reproduksi wanita seperti amenore dan dismenore, gangguan sistem penginderaan
seperti sinusitis, serta nyeri pada otot, tulang dan sendi yang salah satunya adalah
nyeri kepala2.
Nyeri kepala merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau
berpotensi terjadi di bagian atas dari kepala dan terkadang menyebar ke wajah,
gigi, rahang, leher, mata, hidung dan telinga1,3. Nyeri kepala merupakan nyeri
yang paling sering terjadi dengan prevalensi 90%4. Nyeri kepala biasanya diobati
1
2
dengan pemberian obat anti inflamasi non steroid (OAINS) atau obat analgesik
antipiretik seperti parasetamol3. Namun obat-obat tersebut memiliki efek samping
yakni iritasi gastrointestinal pada penggunanaan OAINS dan kerusakan hati akibat
penggunaan parasetamol5,6,7.
Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti potensi terapi bekam dalam
mengatasi nyeri kepala. Bekam diharapkan dapat menjadi pengobatan alternatif
tanpa efek samping seperti obat-obat tersebut untuk menghilangkan atau
menurunkan nyeri kepala. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini juga dapat
menunjang anjuran Nabi Muhammad SAW kepada umatnya untuk berbekam
seperti hadits yang sudah dijabarkan sebelumnya.
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan
barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (Q.S. An-Nisa : 80)
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh terapi bekam terhadap perubahan skala nyeri pada
pasien dengan nyeri kepala yang dilakukan di klinik afiat pada tahun 2011?
1.3. Hipotesis
Terdapat penurunan bermakna dari skala nyeri yang dirasakan oleh pasien
nyeri kepala sesudah mendapatkan terapi bekam di klinik afiat pada tahun 2011.
1.4.
Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
terapi bekam terhadap penanganan nyeri kepala yang dilakukan di klinik afiat
pada tahun 2011
3
1.4.2 Tujuan Khusus
 Mengetahui penurunan intensitas nyeri kepala pada terapi bekam
 Perubahan skala nyeri sebelum dan sesudah bekam
 Mengetahui proses penanganan nyeri kepala dalam terapi bekam
1.5.
Manfaat Penelitian
Untuk Pasien
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai metode pengobatan
bekam yang dapat diintegrasikan dengan ilmu kedokteran
Untuk Institusi Akademis
Menambah literatur tentang metode pengobatan khususnya bekam
Untuk Penentu Kebijakan Kesehatan
Sebagai masukan untuk pengembangan terapi bekam
Untuk Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama menjalani perkuliahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Bekam
Bekam memiliki beragam sebutan, diantranya : canduk, canthuk,
kop, atau mambakan. Di Eropa, bekam disebut cupping dan fire bottle. Dalam
bahasa mandarin, bekam disebut Pa Hou Kuan. Dalam bahasa arab disebut
sebagai hijamah, dari asal kata al-hijmu yang berarti pekerjaan yakni menghisap
atu menyedot. Al-Hajjam berarti ahli bekam. Sedangkan Al-Mihjam atau AlMihjamah merupakan alat untuk membekam, yang berupa gelas untuk
menampung darah yang dikeluarkan dari kulit, atau gelas untuk mengumpulkan
darah hijamah. Secara istilah, bekam didefinisikan sebagai peristiwa penghisapan
kulit, penyayatan dan pengeluaran darah dari permukaan kulit yang kemudian
ditampung di dalam gelas1,8,9,10. Bekam diyakini dapat menyembuhkan beberapa
jenis penyakit diantaranya: penyakit darah seperti hemofili dan hipertensi,
penyakit reumatik mulai dari artritis, sciatica/nyeri panggul, sakit punggung,
migren, gelisah/anxietas dan masalah mental maupun fisik lainnya seperti nyeri2.
Sejarah Bekam
Bekam sebenarnya sudah dikenal sejak 4.000 tahun sebelum Masehi,
yakni ketika berdirinya kerajaan sumeria. Kemudian bekam berkembang ke
Babilonia, Mesir, Saba‟ dan Persia. Saat itu para tabib menggunakan bekam untuk
pengobatan raja. Sedangkan di Cina, bekam berkembang sekitar 2.500 tahun
sebelum Masehi yakni sebelum berkuasanya Kaisar Yao. Di Mesir, bekam sudah
ada sejak zaman kekuasaan fir‟aun. Pada saat itu secara tidak sengaja orang orang
yang dilempari batu dan menyebabkan tubuhnya lebam sembuh dari penyakit
yang mereka derita setelah darah dari lebam itu dikeluarkan1. Di zaman Nabi,
bekam sudah banyak dikerjakan oleh para sahabat dan menjadi sunnah serta
4
5
kebiasaan mereka. Nabi Muhammad pun memerintahkan umatnya untuk berobat
dengan bekam seperti sudah dijabarkan sebelumnya
Peralatan Bekam
Pada dasarnya, alat bekam terdiri dari tiga macam, yakni :
1.
Alat untuk menghisap kulit, jaringan kulit dan darah, yang secara tradisional
dapat berupa bola maupun tabung dengan tempat keluar masuk udara untuk
membuat keadaan di dalam tabung bertekanan negatif ketika tabung diberi
udara panas sehingga kulit tertarik ke dalam tabung.
2.
Alat untuk mengeluarkan darah, seperti skapel, jarum, pisau bedah maupun
lancet.
3.
Peralatan dan obat penunjang, seperti sarung tangan, meja, kursi, kapan
betadin, alkohol.
Langkah Melakukan Bekam
1. Mengisi identitas pasien
2. Melakukan diagnosa terhadap penyakit pasien
3. Identitas dan data penyakit pasien ditulis dalam rekam medik
4. Menentukan titik pembekaman untuk pasien (sesuai keluhan)
5. Menyiapkan peralatan yang telah disebutkan sebelumnya dan sudah disterilkan
6. Melakukan pembekaman terhadap pasien
7. Memberikan terapi lain jika diperlukan
6
Patofisiologi bekam
Pada tubuh terdapat titik-titik sensitif terhadap rangsangan bekam. Jika
bekam dilakukan dengan tepat, maka akan terjadi proses pada kapiler dan
arteriola, peningkatan jumlah leukosit, limfosit dan sistem retikulo-endotelial,
pelepasan ACTH, kortison, endorphin, enkefalin, dan faktor humoral lainnya1.
Efek anti peradangan, penurunan serum lemak trigliserida, fosfolipida dan
kolesterol LDL, rangsangan terhadap proses lipolisis jaringan lemak dan
pengaturan kadar glukosa agar normal pun terjadi.
Proses penghisapan kulit pada bekam yang diikuti pengumpulan jaringan
di bawah kulit serta darah dengan komponen komponennya juga memiliki potensi
untuk menyembuhkan penyakit. Penghisapan ini akan merangsang saraf-saraf
pada permukaan kulit. Rangsangan ini akan dilanjutkan pada cornu posterior
medulla spinalis melalui saraf A delta dan C, serta traktus spinothalamikus ke
arah hipotalamus yang akan menghasilkan endorphin sehingga menimbulkan
inhibisi nyeri. Efek lain yang ditimbulkan adalah dilatasi pembuluh darah kulit,
peningkatan kerja jantung serta membukanya pori pori kulit.
Proses penyembuhan dapat terjadi karena bekam bekerja langsung pada
sistem endokrin. Nyeri akan hilang disertai dengan peningkatan oksigen dan
aliran darah dari titik yang di bekam. Hal ini menyebabkan relaksasi otot dan
sirkulasi darah menjadi lancar akibat efek dari vasodilatasi
Kontraindikasi bekam
-
Wanita hamil
-
Wanita yang sedang menstruasi
-
Pasien dengan kanker (yg mengalami metastasis)
-
Pasien dengan patah tulang
7
Titik Bekam untuk Nyeri Kepala
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam kitab Ath-Thibb (5699) bb XIV :AlHijamah „alar Ro‟si, dari hadits Ibnu Abbas bahwasannya Rasulullah SAW
pernah dibekam dikepalanya karena pusing saat ihrom
Titik pembekaman untuk nyeri kepala terletak di puncak kepala, yakni di 2/3
bagian depan os. Parietale
Gambar 2.1. Titik Ummu Mughits
Titik inilah yang pernah digunakan Nabi Muhammad SAW.
“Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW pernah dibekam pada kepala bagian depan,
yang disebut dengan ummu mughits”
2.1.2. Nyeri Kepala
Nyeri dihantarkan melalui serabut serabut tipe A dan C ke arah
medula spinalis. Dari sekian banyak jenis nyeri, nyeri kepala merupakan jenis
yang paling sering ditemukan dengan prevalensi 90%4. Nyeri kepala mengabiskan
biaya yang cukup besar di Amerika Serikat. Selain itu, Nuprin Pain Report selama
tahun penellitian 1985 menyatakan bahwa nyeri kepala adalah tipe nyeri yang
paling sering dialami oleh pasien, yakni sebesar 73% di Amerika Serikat3.
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu
nyeri kepala diantaranya adalah peregangan atau pergeseran pembuluh darah
8
intrakranium atau ekstrakranium, traksi pembuluh darah, kontraksi otot kepala
dan leher (kerja berlebihan otot), peregangan periosteum (nyeri lokal), degenerasi
spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya,
artritis vertebra servikalis), defisiensi enkefalin (peptida otak mirip-opiat, bahan
aktif pada endorfin).3,11
Gambar 2.2. jaras nyeri
9
2.1.3. Teori Endorfin-Enkefalin
Enkefalin dan endorfin merupakan opioid endogen yang berfungsi
untuk menghambat nyeri. Terdapat tiga golongan utama peptida opioid endogen
yang masing masing berasal dari prekursor yang berlainan dan memiliki distribusi
anatomik yang sedikit berbeda, yakni golongan enkefalin, beta-endorfin, dan
dinorfin. Semua opioid endogen ini bekerja dengan mengikat reseptor opiat
sehingga menyebabkan efek analgesik.
Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Nyeri
Bekam dapat meningkatkan sekresi enkefalin dan endorfin2. Hal ini
dikarenakan proses bekam mampu menyebabkan stress fisik (trauma) yang akan
meningkatkan kortisol. Beberapa jenis stress yang mampu meningkatkan
pelepasan kortisol antara lain11 :
1.
Hampir semua jenis trauma
2.
Infeksi
3.
Kepanasan atau kedinginan yang hebat
4.
Penyuntikan norepinefrin dan obat-obat simpatomimetik lainnya
5.
Pembedahan
6.
Penyuntikan bahan yang bersifat nekrolisis di bawah kulit
7.
Mengekang seekor binatang sehingga tidak dapat bergerak
8.
Hampir setiap penyakit yang menyebabkan kelemahan
Sekresi kortisol hampir seluruhnya diatur oleh ACTH yang disekresikan
oleh kelenjar hipofisis anterior. Hampir semua jenis stress fisik maupun mental
dapat meningkatkan sekresi ACTH dan akibatnya sekresi kortisol pun dapat
meningkat. Stress fisik merangsang hipotalamus mengeluarkan CRF yang
memicu pengeluaran ACTH dari hipofisis anterior. ACTH akan memicu korteks
adrenal untuk mengeluarkan kortisol. Ketika terjadi sekresi ACTH oleh kelenjar
hipofisis anterior, beberapa jenis hormon lain pun di sekresikan karena
prekursornya
sama
dengan
prekursor
ACTH,
yakni
POMC
10
(proopiomelanokortin). Salah satu hormon yang ikut dikeluarkan saat peningkatan
pengeluaran ACTH adalah beta-endorfin yang merupakan salah satu opioid
endogen11,12.
2.2. Kerangka Konsep
Nyeri Kepala
Skala Nyeri Pasien
Sesudah
Sebelum

Berpasangan

2 kelompok
t-paired  distribusi normal
2.3. Definisi Operasional
No.
Variabel
Pengukuran
1
Skala
Peneliti
nyeri
Alat
Cara
Skala
Ukur
Pengukuran
pengukuran
Skala
Skala
Numerik
Analog
Analog
Visual
Visual
ditanyakan
langsung
kepada
pasien
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksperimental kuasi. Menguji 2 kelompok
berpasangan, dengan metode t-paired untuk mengetahui pengaruh terapi bekam
terhadap penanganan nyeri kepala yang dilakukan di klinik Afiat pada tahun 2011
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 20 bulan, yakni mulai bulan Januari 2011
hingga Agustus 2012 dan bertempat Klinik Afiat, jalan Ir. H. Juanda Kecamatan
Ciputat Kota Tangerang Selatan dan Ruko Griya Cinere II, Jl. Limo Raya No.3.
Klinik Afiat merupakan Pusat Pelayanan Kesehatan terpadu yang
memberikan pelayanan pengobatan dan konsultasi dengan standarisasi prosedur
pelayanan. Klinik Afiat/Rumah Sehat Afiat menerapkan prinsip kedokteran nabi,
termasuk salah satunya bekam. Klinik ini berada di bawah pengawasan dr.
Mohammad Ali Toha Assegaf (Ahli herbal, Penemu metode smart healing,
pengkaji kedokteran nabi, direktur keuangan RSCM)
Tabel 3.1. Rincian Waktu Penelitian
No
Bulan
Kegiatan
Hasil
1
Januari-Maret
2011
Pembuatan Proposal
Proposal
2
Maret 2011
Pengurusan izin
-
3
April-Desember
2011
4
Januari-Agustus
2012
Surat Izin Fakultas
Izin kepada pihak klinik afiat
Pengumpulan data
-
Surat Izin Fakultas
Izin dari klinik afiat
data
Pengolahan data
Pembuatan Laporan
11
Laporan
Penelitian
Hasil
12
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh pasien yang melakukan
terapi bekam di klinik afiat. Sedangkan sampel penelitian ini adalah para pasien
dengan nyeri kepala yang berobat di klinik afiat saat pengambilan data dilakukan.
Metode sampling penelitian ini adalah consecutive sampling, yakni metode
sampling yang tergantung pada jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi
selama jangka waktu pengambilan data. Sampel diambil sesuai dengan kriteria
inklusi yang sudah ditetapkan selama bulan April hingga Desember 2011
3.3.1. Jumlah Sampel
Besar sampel (n) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus Ferderer:
( n – 1 ) x ( t – 1 ) ≥ 15
n = besar sampel tiap kelompok
t = jumlah kelompok perlakuan.
Jumlah kelompok perlakuan adalah 2 (t = 2) sehingga berdasar rumus
tersebut, didapatkan:
( n – 1 ) x ( 2 – 1 ) ≥ 15
( n – 1 ) ≥ 15
n ≥ 15 + 1
n ≥ 16
Sampel yang di butuhan untuk penelitian ini sebanyak 16 sampel untuk 1
kelompok, pada penelitian ini penulis menggunakan 2 kelompok yang
berpasangan yaitu sebelum bekam dan sesudah bekam.
3.3.2. Kriteria Sampel
3.3.2.1. Kriteria inklusi

Pasien dengan nyeri kepala yang datang ke klinik afiat untuk dibekam,
telah didiagnosa oleh dokter di afiat dan telah setuju untuk dijadikan
pasien
13

Pasien berusia 21 tahun atau lebih

Pasien yang blm diberikan pengobatan apapun
3.3.2.2. Kriteria Eksklusi

Pasien yang tidak kooperatif

Pasien yang diberikan terapi lain selain bekam (baik farmako maupun
non farmako) oleh terapis sesaat sebelum proses pembekaman
3.4. Cara Kerja Penelitian
Pasien
Pasien diberi lembaran informed consent dan kuisioner
Pasien mengisi lembaran informed consent
Pasien mengisi kuisioner (terutama mengisi level nyeri sebelum dibekam
dan tidak mengisi level nyeri setelah dibekam)
Proses pembekaman
Sampel mengisi sisa pertanyaan kuisioner
Pengumpulan kuisioner
Data
Analisa data
Kesimpulan
14
3.5. Managemen Data
3.5.1. Pengolahan Data
Pengolahan data akan dilakukan dengan memasukkan data ke dalam
program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) untuk diolah
lebih lanjut dengan melakukan editing dan coding sebelumnya. Editing dilakukan
untuk memeriksa kuesioner yang telah dikumpulkan dengan tujuan untuk
memperoleh data yang telah sesuai dengan masalah yang ingin diteliti. Bila
terdapat data yang tidak lengkap maka dilakukan pengumpulan data kembali.
Sedangkan coding dilakukan untuk mempermudah pengolahan data.
3.5.2. Analisa Data
Tingkatan nyeri yang dirasakan pasien dihitung dengan menggunakan
Skala Visual Analog untuk nyeri. Pengukuran tingkatan ini dilakukan sebelum
dan sesudah dlakukan terapi bekam pada pasien. Skor nya tergantung jawaban
dari pasien mengenai nyeri nya yakni 0-10
Tabel 3.2. Skor Skala Visual Analog
Skala
Keterangan
0
tidak terasa nyeri
1-3
nyeri ringan; (masih bisa berkomunikasi dengan baik)
4-6
nyeri sedang; (bisa berkomunikasi namun menyeringai, mendesis, bisa menunjukan
lokasi nyeri dan mendeskripsikannya)
7-8
nyeri berat yang masih bisa di kontrol; (tidak dapat mengikuti perintah tapi bisa
merespon tindakan, bisa menunjukan lokasi nyeri, tidak bisa mendskripsikannya, tidak
bisa diatasi dengan berganti posisi, menarik nafas yang dalam)
10
nyeri berat yang tidak bisa di kontrol; (sudah tidak mampu berkomunikasi dan memukul
mukul)
Perubahan skala nyeri yang terjadi pada pasien juga dibandingkan
berdasarkan jenis kelamin, lamanya menderita sakit kepala baik yang akut
maupun kronik, banyaknya mendapat terapi bekam selama sakit, rutinitas
mendapatkan bekam. Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
komparatif numerik berpasangan dua kelompok yakni level nyeri sebelum
dibekam dan level nyeri setelah dibekam. Data yang diperoleh dari penelitian ini,
15
kemudian diolah menggunakan uji statistik distribusi normal (uji Shapiro-Wilk,
karena sampel yang di gunakan kurang dari 50). Setelah dilakukan uji statistik
distribusi normal (uji Shapiro-Wilk) di dapatkan sebaran data normal, maka uji
selanjutnya di lakukan dengan analisis uji T berpasangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan melihat perbandingan hasil Visual Analog
Scale sebelum dan sesudah dibekam pada pasien bekam dengan sakit kepala
(cephalgia) di klinik rumah sehat afiat antara bulan April-Desember 2011. Total
sampel yang dapat dikumpulkan adalah 16 sampel
4.1 Distribusi Sampel
Tabel 4.1. Distribusi Sampel
Jumlah
Persentase
Min.
Jenis Kelamin
Laki laki
5
31,20%
Perempuan
11
68,80%
Usia
21-30 th
2
12,50%
31-40 th
4
25%
41-50 th
5
31,20%
51-60 th
5
31,20%
Maks.
Mean
Std.Deviasi
28 th
57 th
43,44
9,709
1x
10x
2,75
3,337
2
6
4,5
1,265
1
5
2,69
1,401
Jumlah pembekaman untuk sakit kepala saat ini
1x
16
100%
Jumlah pengalaman bekam ditambah saat ini
1x
11
68,80%
2x
1
6,20%
3x
1
6,20%
8x
1
6,20%
10x
2
12,50%
Level nyeri sebelum dibekam
2
1
6,20%
3
3
18,80%
4
3
18,80%
5
5
31,20%
6
4
25%
Level nyeri sesudah dibekam
1
4
25%
2
4
25%
3
3
18,80%
4
3
18,80%
5
2
12,50%
16
17
1
Selisih Penurunan level nyeri
1
7
43,80%
2
5
31,20%
3
4
25%
3
1,81
0.834
Jenis kelamin pasien terdiri dari 5 laki laki (31,2%) dan 11 perempuan
(68,8%). Usia pasien tertua 57 tahun dan termuda adalah 28 tahun. Rata rata usia
pasien adalah 43,44. Usia pasien terdiri dari 4 kategori (untuk mempermudah
pengolahan data), yakni 2 orang berusia antara 21-30 tahun (12,5%), 4 orang
berusia 31-40 th (25%), 5 orang berusia 41-50 tahun (31,2%), 5 orang berusia 5160 tahun (31,2%). Seluruh pasien hanya pernah berbekam sekali selama menderita
sakit kepala saat ini. Pengalaman bekam pasien terbanyak 10 kali dan tersedikit
adalah 1 kali. Sebanyak 11 orang hanya 1 kali yakni terapi bekam saat ini
(68,8%), 1 orang pasien memiliki pengalaman bekam 2 kali (6,2%), 1 orang
pasien memiliki pengalaman bekam 3 kali (6,2%), 1 orang pasien memiliki
pengalaman bekam 8 kali (6,2%), 2 orang pasien memiliki pengalaman bekam
10x (12,5%). Rata rata pengalam bekam pasien adalah 2,75.
Level nyeri pasien sebelum dibekam tertinggi adalah pada level 6 dan
terendah adalah pada level 2. Level nyeri pasien sebelum dibekam terbanyak
adalah pada level 5 yakni sebanyak 5 orang (31,2%), 1 orang pada level 2 (6,2%),
3 orang pada level 3 (18,8%), 3 orang pada level 4 (18,8%), 4 orang pada level 6
(25%). Level nyeri pasien sesudah dibekam tertinggi adalah pada level 5 dan
terendah pada level 1. Level nyeri pasien sesudah dibekam terbanyak adalah pada
level 1 dan level 2 yakni sebanyak masing masing 4 orang (25%), 3 orang pada
level 3 dan level 4 (masing masing 18,8%), dan 2 orang pada level 5 (12,5%).
Penurunan level nyeri pasien tertinggi adalah sebanyak 3 level dan terendah
sebanyak 1 level. Penurunan level nyeri pada pasien terbanyak adalah 1 level
dibawahnya yakni sebanyak 7 orang (43,8%), 5 orang turun sebanyak 2 level
(31,2%), dan 4 orang sebanyak 3 level (25%).
Rata rata level nyeri pasien sebelum dibekam adalah 4,5 dan rata rata level
nyeri pasien sesudah dibekam adalah 2,69. Dapat disimpulkan bahwa penurunan
level nyeri pada pasien rata rata adalah 1,81.
18
4.2 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2. Rerata level nyeri berdasarkan jenis kelamin
Mean
Perempuan
Std.
Deviasi Min.
Maks.
Mean
Laki-laki
Std.
Deviasi Min.
Maks.
Usia
45,18
9,928
28
57
39,6
8,961
31
54
Level nyeri sebelum dibekam
4,36
1,362
2
6
4,8
1,095
3
6
Level nyeri sesudah dibekam
2,55
1,508
1
5
3
1,225
1
4
Penurunan level nyeri
1,82
0,874
1
3
1,8
0,837
1
3
Pada tabel 4.2. di dapatkan minimal usia pasien perempuan adalah 28
tahun dan minimal usia pasien laki laki adalah 31 tahun. Maksimal usia pasien
perempuan adalah 57 tahun dan maksimal usia pasien laki laki adalah 54 tahun.
Rata rata usia pasien perempuan yang dibekam adalah 45,18 sementara usia laki
laki yang dibekam rata rata adalah 39,6. Level nyeri pasien perempuan sebelum
dibekam maksimal adalah 6 dan maksimal level nyeri pasien laki laki sebelum
dibekam adalah 6. Minimal level nyeri pasien perempuan sebelum dibekam
adalah 2 dan minimal level nyeri pasien laki laki sebelum dibekam adalah 3. Rata
rata level nyeri pasien perempuan sebelum dibekam adalah 4,36 dan rata rata level
nyeri pasien laki laki sebelum dibekam adalah 4,8.
Level nyeri pasien perempuan sesudah dibekam maksimal adalah 5 dan
maksimal level nyeri pasien laki laki sebelum dibekam adalah 4. Minimal level
nyeri pasien perempuan sesudah dibekam adalah 1 dan minimal level nyeri pasien
laki laki sesudah dibekam adalah 1. Rata rata level nyeri pasien perempuan
sesudah dibekam adalah 2,55 dan rata rata level nyeri pasien laki laki sesudah
dibekam adalah 3.
Penurunan level nyeri pasien perempuan sesudah dibekam maksimal
adalah 3 level dan penurunan level nyeri pasien laki laki sesudah dibekam
maksimal adalah 3 level. Minimal penurunan level nyeri pasien perempuan
sesudah dibekam adalah 1 dan minimal penurunan level nyeri pasien laki laki
sesudah dibekam adalah 1. Rata rata penurunan level nyeri pasien perempuan
19
sesudah dibekam adalah 1,82 dan rata rata penurunan level nyeri pasien laki laki
sesudah dibekam adalah 1,8.
4.3 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan Pengalaman Bekam
Tabel 4.3. Rerata level nyeri berdasarkan pengalaman bekam
Jumlah
Bekam
Penurunan Level Nyeri
Jumlah
Mean
Std. Deviasi
Min.
Maks.
1x
2
0,894
1
3
11
2x
1
-
1
1
1
3x
1
-
1
1
1
8x
2
0,707
2
2
1
10x
1,5
0,834
1
2
2
Total
16
Pengalaman berbekam ini didefinisikan sebagai pengalaman bekam pasien
diluar sakit kepala saat ini ditambah dengan bekam saat ini. Pada tabel 4.3
didapatkan bahwa 11 pasien dengan pengalaman bekam sebanyak 1 kali (baru
berbekam saat ini ) mengalami penurunan level nyeri maksimal 3 level dan
minimal 1 level dengan rata rata penurunan level nyeri adalah sebanyak 2 level. 1
pasien dengan pengalaman bekam sebanyak 2 kali mengalami penurunan level
nyeri sebanyak 1 level. 1 pasien dengan pengalaman bekam sebanyak 3 kali
mengalami penurunan level nyeri sebanyak 1 level. 1 pasien dengan pengalaman
bekam sebanyak 8 kali mengalami penurunan level nyeri sebanyak 2 level. 2
pasien dengan pengalaman bekam sebanyak 10 kali mengalami penurunan level
nyeri maksimal sebanyak 2 level dan minimal 1 level dengan rata rata penurunan
level nyeri adalah 1,5.
Dapat disimpulkan bahwa penurunan level nyeri terbesar yakni sebanyak 2
level dialami oleh pasien yang mengalami pengalaman bekam sebanyak 1 kali dan
8 kali.
20
4.4 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum Bekam
Tabel 4.4. Hasil uji normalitas kelompok Sebelum Bekam
n
16
Level Nyeri Sebelum Bekam
Shapiro-Wilk
Sig.
0.085
Pada tabel 4.4, dapat dilihat dari hasil test normalitas Shapiro-Wilk
(sampel < 50) yang sudah dilakukan diperoleh hasil nilai untuk kelompok
sebelum bekam adalah > 0.05, yaitu 0.085. Dari hasil data tersebut menunjukan
bahwa hasil uji normalitas pada kelompok sebelum bekam adalah normal.
4.5 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sesudah Bekam
Tabel 4.5. Hasil uji normalitas kelompok sesudah bekam
n
16
Level Nyeri Sebelum Bekam
Shapiro-Wilk
Sig.
0.079
Hasil tes yang tercantum pada tabel 4.5 di dapatkan bahwa, hasil uji
menggunakan Test Normalitas Shapiro-Wilk (sampel < 50) yang dilakukan oleh
peneliti pada kelompok sesudah bekam adalah normal, dimana hasilnya adalah >
0.05, yaitu 0.079.
4.6 Hasil Uji 2 kelompok berpasangan (T-Berpasangan)
Tabel 4.6 Hasil Uji T Berpasangan Hubungan antara Bekam dengan Perubahan
Level Nyeri
IK 95%
Level Nyeri Sebelum BekamLevel Nyeri Sesudah Bekam
Lower
Upper
T
df
Sig. (2tailed)
1.368
2.257
8.691
15
0.000
21
Hasil uji 2 kelompok berpasangan, yaitu sebelum bekam dan sesudah
bekam (tabel 4.6), di peroleh nilai pada kolom Sig (2-tailed) adalah 0.000 (p <
0.05). Hal ini menandakan adanya perbedaan hasil yang signifikan dari level nyeri
sebelum bekam dan sesudah bekam dimana hasilnya adalah terjadi penurunan
level nyeri sesudah dibekam.
Hasil yang signifikan ini disebabkan karena bekam dapat memicu
pengeluaran opiat endogen. Bekam dilakukan dengan cara membuat luka ditubuh
yang merupakan salah satu stress fisik. Stress fisik ini memicu pengeluaran CRF
dari hipotalamus dan memicu pengeluaran ACTH dari hipofisis anterior.
Gambar 4.1. Pengeluaran ACTH
Ketika ACTH disintesis, maka akan ada pengeluaran zat lain yg berasal
dari prekursor yang sama, yakni POMC (proopiomelanokortin). Salah satu zat
tersebut adalah beta-endorfin yang merupakan salah satu opioid endogen. Opioid
endogen tersebut akan berikatan dengan resptor opiat yang menyebabkan efek
analgesia pada pasien secara bertahap.
22
Gambar 4.2. Pembentukan proopiomelanokortin, prekursor endorfin
Serabut aferen nyeri masuk ke medulla spinalis di radix posterior nervus
spinalis dan berakhir di lapisan superfisial kornu dorsalis medula spinalis.
Substansi P adalah neuropeptida yang dilepaskan oleh serabut C pada serabut
aferen nyeri tersebut. Substansi P tersebut dilepaskan secara lambat dan menyebar
luas di kornu dorsalis serta dapat mempengaruhi banyak neuron. Beta endorfin
(yang dihasilkan dari efek bekam) bertindak sebagai zat neurotransmiter pada
sistem analgesik dan dapat menghambat substansi P dengan cara berikatan dengan
reseptor opiat di kornu dorsalis medula spinalis.
Efek inilah yang memungkinkan terjadinya penurunan level nyeri pada
pasien setelah dibekam. Nyeri kepala yg dirasakan pasien ditekan oleh adanya
pengeluaran beta endorfin yang merupakan salah satu opioid endogen.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh bekam terhadap perubahan
level nyeri seseorang, dimana terjadi penurunan bermakna level nyeri
pasien dengan sakit kepala sesudah bekam.
2. Penurunan level nyeri ini kemungkinan disebabkan oleh pengeluaran beta
endorfin yang dipicu oleh proses pembekaman
5.2 Saran
Peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian lebih jauh mengenai
banyaknya bekam yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri kepala pada pasien.
Serta perlu dilakukan juga penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas
pembekaman pada titik titik tertentu, untuk memperlihatkan bagaimana titik titik
pembekaman tersebut berefek pada kesehatan pasien secara langsung. Hal ini
dapat memperluas pengetahuan mengenai bekam dan tidak hanya sekedar
pengaruhnya terhadap nyeri kepala.
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Umar WA. Sembuh dengan satu titik. Solo : Al-Qowam; 2008
2. Ullah K, Younis A, Wali M. An investigation into the effect of Cupping
Therapy as a treatment for Anterior Knee Pain and its potential role in
Health Promotion. The Internet Journal of Alternative Medicine [Serial
Online] 2009 Feb 13 [Cited 2011 Feb 1]; 4(1). Available from:URL:
http://www.ispub.com/ostia/index.php?xmlFilePath=journals/ijam/vol4n1/
cupping.xml
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : konsep klinis proses proses penyakit.
Ed 6. Jakarta: EGC; 2005.
4. Iqbal KM, Rambe AS, Sjahrir H. Perbandingan nilai visual analog scale
dengan skala verbal derajat nyeri kepala pada penderita nyeri kepala
primer di RSUP H. Adam Malik Medan. Majalah Kedokteran Nusantara
[Serial Online] 2005 Dec 13 [Cited 2011 Feb 1]; 38(4). Available
from:URL: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15596/1/mkndes2005 %20(1).pdf
5. Soesanto S, Santosa DN. Kombinasi parasetamol dan tramadol sebagai
analgesik alternatif. M.I. Kedokteran gigi Maret 2008; 23(1): 1-6
6. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Ed 9. Lange; 2006
7. Brunton LL, Lazo JS, Parker KL. Goodman and Gilman‟s : the
pharmacological basic of therapeutics. Ed 11. McGraw-Hill‟s; 2005
8. Ahmadi A, Schwebel DC, Rezaei M. The efficacy of wet-cupping in the
treatment of tension and migraine headache. The American Journal of
Chinese Medicine 2008;36(1):37-44.
9. Kim IN, Lee MS, Lee DH, Boddy K, Ernst E. Cupping for Treating Pain:
A Systematic Review. Evidence Based Complementary Alternative
Medicine 2011 June 23; 2011
10. Cao H, Zhu C, Liu J. Wet cupping therapy for treatment of herpes zoster: a
systematic review of randomized controlled trials. Alternative Therapy
Health Medicine 2010 Nov-Dec; 16(6): 48–54
25
11. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fsiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC;
2007
12. Snell RS. Neuroanatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Ed 5.
Jakarta: EGC; 2006
13. WHO. Neurological disorders : public health challenges [Online] 2006
[cited
2011
Aug
15];[232
screens].
Available
from:
URL:
http://www.who.int/en/
14. Burg EHVD, Metz JR, Arends RJ, Devreese B, Vandenberghe I, Beeumen
JV et all. Identification of endorphins in the pituitary gland and blood
plasma of the common carp (Cyprinus carpio). Journal of Endocrinology
2001; 169:271–280
15. Gironi M, Furlan R,Rovaris M, Comi G, Filippi M, Panerai AE et all. β
endorphin concentrations in PBMC of patients with different clinical
phenotypes of multiple sclerosis. J Neurol Neurosurg Psychiatry 2003;
74:495-497
16. Kustanti E, Widodo A. Pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan
status mental klien skizofrenia di rumah sakit jiwa daerah surakarta. Berita
Ilmu Keperawatan September 2008; 3(1): 131-136
17. Despopoulus A, Siebernagl S. Color atlas of physiology. Ed 5. Thieme;
2003
18. Kim IJ, Kim TH, Lee SM, Kang JW, Kim KH, Cho HY et all. Evaluation
of wet-cupping therapy for persistent non-specific low back pain: a
randomised, waiting-list controlled, open-label, parallel-group pilot trial.
National Library of Medicine 2011 June; 12:146
19. Rohkamm R. Color atlas Of neurology. New York : Thieme; 2004
26
Lampiran 1
Kuisioner
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
” PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PERUBAHAN SKALA NYERI
PADA PASIEN DENGAN NYERI KEPALA DI KLINIK AFIAT TAHUN 2011”
LEMBARAN PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
L/P
Alamat :
No Hp :
Pengalaman menggunakan bekam : pertama / lebih
Menyatakan bahwa saya bersedia turut serta (untuk bekam dan mengisi
kuisioner sesuai ketentuan) dalam penelitian mengenai :
Pengaruh terapi bekam terhadap perubahan skala nyeri pada pasien
dengan nyeri kepala di klinik afiat tahun 2011.
Keikutsertaan saya dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.
Demikianlah pernyataan ini saya sampaikan
Tempat :
Hari/tanggal :
Pasien yang diteliti
(
Mahasiswa yang meneliti
)
( Rahmatul Fithri Yanti )
27
DAFTAR KUISIONER
1.
Tanggal pengisian kuisioner
: ....................................................................
Nama
:.....................................................................
Tempat, tanggal lahir
:.....................................................................
Jenis kelamin
:
Alamat
:.....................................................................
laki laki / perempuan
......................................................................
......................................................................
.....................................................................
......................................................................
Apakah anda sedang mengalami nyeri kepala/sakit kepala?
A. Ya
2.
B. Tidak
Jika ya, berapa level nyeri yang anda rasakan sebelum dibekam ? (DI ISI
SEBELUM DIBEKAM, tuliskan dalam bentuk angka. level nyeri bisa dilihat
pada gambar di halaman terakhir)
Level nyeri saya = .......................................
3.
Sudah berapa lama anda mengalami nyeri kepala tersebut?
A. 1 jam yang lalu
B. 1 Hari yang lalu
C. 1 Bulan yang lalu
D. 1 Tahun yang lalu
E. Lainnya (.................................)
4.
Sejak awal anda mengalami nyeri kepala hingga sekarang, sudah berapa
kali anda mendapatkan terapi bekam?
A. 1x
B. 2x
C. 3x
D. 4x
E. Lainnya (...................................)
5.
Apakah anda rutin mendapatkan terapi bekam walaupun tidak sedang
mengalami nyeri kepala?
A. Ya
B. Tidak
28
6.
Jika ya, seberapa sering anda mendapatkan terapi bekam tersebut secara
rutin?
A. 1 x sehari
B. 1 x seminggu
C. 1 x sebulan
D. 1 x setahun
E. Lainnya (........................................)
7.
Mengapa anda rutin dibekam?
A. Untuk menjaga kesehatan
B. Mengobati penyakit lain (sebutkan penyakitnya : .....................................)
C. Lainnya (.......................................................................................)
8.
Setelah dibekam, berapa level nyeri yang anda rasakan? (DI ISI SETELAH
DIBEKAM, tuliskan dalam bentuk angka. level nyeri bisa dilihat pada
gambar di halaman terakhir)
Level nyeri saya = .......................................
29
Ketentuan :
0 = tidak terasa nyeri
1 sampai 3 = nyeri ringan; (masih bisa berkomunikasi dengan baik)
4 sampai 6 = nyeri sedang; (bisa berkomunikasi namun menyeringai, mendesis,
bisa menunjukan lokasi nyeri dan mendeskripsikannya)
7 sampai 8 = nyeri berat yang masih bisa di kontrol; (tidak dapat mengikuti
perintah tapi bisa merespon tindakan, bisa menunjukan lokasi nyeri, tidak bisa
mendskripsikannya, tidak bisa diatasi dengan berganti posisi, menarik nafas
yang dalam)
10 = nyeri berat yang tidak bisa di kontrol; (sudah tidak mampu berkomunikasi
dan berusaha untuk memukul mukul)
Terima kasih atas partisipasi Anda untuk mengisi kuisioner yang saya berikan.
Karena dengan mengisi kuisioner ini berarti Anda telah membantu saya untuk
menyelesaikan tugas prasyarat penelitian ini. Saya menghargai Anda dengan
menjamin kerahasiaan dari data dan informasi yang anda telah berikan dengan
sebaik-baiknya.
30
Lampiran 2
Data Hasil Uji Statistik
A. Uji Normalitas Kelompok Sebelum & Sesudah dibekam
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
level nyeri sebelum dibekam
.216
16
.044
.902
16
.085
level nyeri sesudah dibekam
.188
16
.133
.899
16
.079
B. Uji T-Berpasangan
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Std.
Error
Difference
Mean Deviation Mean Lower
Pair 1
Sig. (2-
Upper
t
df
tailed)
level nyeri
sebelum
dibekam level nyeri
1.812
.834
.209
1.368
2.257 8.691
15
.000
sesudah
dibekam
C. Frekuensi level nyeri sebelum dan sesudah bekam untuk semua pasien.
Case Processing Summary
Cases
Valid
N
Missing
Percent
N
Total
Percent
N
Percent
level nyeri sebelum dibekam
16
100.0%
0
.0%
16
100.0%
level nyeri sesudah dibekam
16
100.0%
0
.0%
16
100.0%
31
Descriptives
Statistic
level nyeri sebelum Mean
dibekam
4.50
95% Confidence Interval for Lower Bound
Mean
Upper Bound
.316
3.83
5.17
5% Trimmed Mean
4.56
Median
5.00
Variance
1.600
Std. Deviation
1.265
Minimum
2
Maximum
6
Range
4
Interquartile Range
2
Skewness
-.452
.564
Kurtosis
-.790
1.091
2.69
.350
level nyeri sesudah Mean
dibekam
Std. Error
95% Confidence Interval for
Lower Bound
1.94
Mean
Upper Bound
3.43
5% Trimmed Mean
2.65
Median
2.50
Variance
1.962
Std. Deviation
1.401
Minimum
1
Maximum
5
Range
4
Interquartile Range
3
Skewness
Kurtosis
.307
.564
-1.136
1.091
32
D. Level nyeri sebelum dan sesudah bekam berdasarkan jenis kelamin
Report
jenis kelamin responden
perempuan
Mean
N
Std. Deviation
laki-laki
Mean
N
Std. Deviation
Total
Mean
N
Std. Deviation
level nyeri
level nyeri
sebelum
sesudah
dibekam
dibekam
4.36
2.55
11
11
1.362
1.508
4.80
3.00
5
5
1.095
1.225
4.50
2.69
16
16
1.265
1.401
33
Lampiran 3
Riwayat Penulis
Identitas :
Nama
: Rahmatul Fithri Yanti
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 10 Desember 1992
Agama
: Islam
Alamat
: Komplek Kejaksaan Agung RT 002/ RW 09 No.
25 Kec. Ciputat Kel. Cipayung Tangerang Selatan
E-mail
: [email protected]
Riwayat Pendidikan :

1997 – 2003
: Sekolah Dasar Negeri Cipayung 1

2003 – 2006
: Sekolah Menengah Pertama 1 Pamulang

2006 – 2009
: Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pamulang

2009 – Sekarang
: Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Benzer belgeler

ANALISIS KEUANGAN PERUSAHAAN DAN KINERJA OPERASI

ANALISIS KEUANGAN PERUSAHAAN DAN KINERJA OPERASI not have difference in the period before and after the IPO. CFS did not have differences in the period before and after the IPO, while CFA ratio decreased after the IPO.

Detaylı